“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”
Penggalan puisi terkenal Sapardi Djoko Damono ini terurai indah di film Hujan Bulan Juni yang dibintangi Adipati Dolken sebagai Sarwono dan Velove Vexia yang memerankan sosok Pingkan. Dua dosen Universitas Indonesia yang saling jatuh cinta.
Sarwono, dosen Antropologi kerap mengungkapkan perasaannya lewat puisi-puisi indah yang diberikan kepada Pingkan, dosen sastra Jepang yang akan belajar ke Jepang selama dua tahun. Kepergian Pingkan membuat hati Sarwono dirundung kegalauan.
Namun, sebelum pergi, Sarwono mengajak Pingkan sebagai asistennya terbang ke Manado untuk tugasnya ke Universitas Sam Ratulangi. Dalam perjalanan itu, terungkap banyak cerita tentang perbedaan kedua insan, terutama agama. Bentang perbedaan ini diperlihatkan dalam bentuk yang indah dalam sebuah frame yang dituangkan secara jenius di dalam film.
Kegalauan Sarwono kian bertambah di Manado, seiring hadirnya Baim Wong sebagai Benny. Sepupu Pingkan yang disetujui keluarga besarnya menjadi pendamping Pingkan kelak.
Tapi, Sarwono menegaskan jika dirinya tak gentar dengan berbagai penghalang. Dia justru merasa lebih takut terhadap Katsuo (Koutaro Kakimoto), warga Jepang yang memang menyukai Pingkan. Di sisi lain, Pingkan juga sempat diliputi keraguan atas cintanya.
Keindahan puisi Sapardi tak hanya digambarkan indah lewat kisah Sarwono dan Pingkan dengan segala perbedaan dan rasa cintanya. Film yang disutradarai Reni Nurcahyo dan Hestu Saputro itu juga memikat hati dengan pengambilan gambar yang terasa mewah di pandang mata. Beberapa tempat di Manado dan Gorontalo diperlihatkan bak lukisan, begitu juga saat Pingkan menikmati sakura di negeri Jepang. (Tya)