4 Hal Unik dari Dukun di Film “Paku”
Film horor Malaysia berjudul “Paku” mengangkat kisah seorang suami bernama Fahmi (Johan Asari) yang melakukan ritual terlarang demi menghidupkan kembali arwah istrinya, Rania (Aishah Ilias). Dia dibantu seorang dukun sakti yang mempraktekkan ritual ‘tancap paku’ hingga jasad Rania kembali seperti semula.
Film ini mengingatkan penonton di Indonesia pada film “Malam Satu Suro” karya ratu horor Indonesia, Suzanna. Film legendaris yang mengisahkan tentang Suketi, wanita muda yang bunuh diri usai diperkosa dan kemudian dibangkitkan kembali Ki Rengga dengan ritual ‘tancap paku’.
Seperti Ki Rengga, dukun di film “Paku” yang rilis pada 2015 nyaris serupa. Tapi, ada beberapa hal unik yang sempat membuat publik Indonesia memperdebatkan sang dukun di film yang bisa disaksikan di TrueID, layanan streaming online tanpa berlangganan itu. Apa saja hal uniknya? Simak rangkumannya!
1. Sang dukun yang dipanggil ‘datuk’ oleh Fahmi mengenakan pakaian adat Indonesia, terutama Jawa.
Poster film "Paku". (TrueID)
2. Dari bahasa sang dukun, dia berbicara kental dengan dialek Jawa, tapi blangkon yang dikenakan merupakan blangkon khas Sunda, yang saat ini biasanya dikenakan pengantin sunda lengkap dengan beskap. Perbedaannya dengan blangkon Jawa pada ‘mendolan’ (benjolan bagian belakang), dan blangkon sang dukun tidak memiliki ‘mendolan’.
Blangkon khas Sunda tanpa mendolan yang dikenakan sang dukun di film "Paku". (TrueID)
3. Film “Paku” sempat memicu kontroversi karena sang dukun menggunakan senjata keris sebagai alat ritual pemanggil arwah. Padahal, di Indonesia, keris merupakan warisan budaya dan sudah diakui UNESCO pada 2005.
Senjata keris yang digunakan sang dukun untuk memangil arwah. (TrueID)
4. Paling unik ketika ejaan huruf Jawa, ‘Hanacaraka’ dijadikan mantera sang dukun untuk memangil arwah. Padahal, ejaan ini tak beda jauh dengan ejaan ‘abcdefgh…’. (Tya)
