Bukan “Keluarga Epen Cupen” namanya kalau tidak memberi kejutan unik, menarik dan gemesin di setiap episodenya. Episode keenam salah satunya yang berjudul “Jangan Terlalu Mudah Menyerah”.
Kejutan pertama dari Suroso (Edi Hariyanto) saat bertemus seorang pria di tengah sawah. Kejutan-kejutan lainnya terjadi ketika grup EKCT (EpenKah CupenToh) yang beranggotakan Etus, Uno, Nadus dan Tinus saat mereka membuat lirik lagu.
Ini tiga hal unik dari “Keluarga Epen Cupen” yang tayang di TrueID, streaming online tanpa langganan.
1. Penduduk asli berbahasa Jawa.
Ketika ada akulturasi budaya dalam sebuah wilayah, bukan hal aneh. Namun, biasanya budaya lokal lebih kental dibandingkan budaya pendatang, artinya budaya setempat bisa mempengaruhi seseorang termasuk dialek. Tapi, di episode keenam “Keluarga Epen Cupen”, ada sebuah kejutan ketika Suroso yang motornya mogok harus mendorongnya di pematang sawah. Tiba-tiba hadir seorang pace, dengan logat jawa yang kental. Awalnya Suroso kaget, tapi sang pria benar-benar bisa berbahasa Jawa dengan dialek yang kental.
----------
Video Rekomendasi: Ona Hetharua - Gandeng
----------
2. Taman Semut Merauke
“Keluarga Epen Cupen” juga mengangkat keindahan fenomena Bomi yang berada di hamparan rumput savana di Taman Nasional Wasur, Merauke. Bomi merupakan rumah semut yang menjulang dari tumpukan tanah. Kendati disebut rumah semut, aslinya sarang-sarang itu dihuni sejenis rayap dengan nama Macrotermes sp.
3. Pesan Moral dari Lagu Jangan Terlalu Mudah Menyerah
"Gagal sekali sudah biasa, sering dibully sudah biasa, jangan kau perduli, anggap biasa, jangan diambil hati, saya yakin kau bisa. Coba dicoba terus dicoba, jangan ada kata menyerah. Jangan dengar kata orang yang cuma bisa berkata. Dengarkan kata hati, jangan dengarkan kata mereka.”
Lagu-lagu EKCT selalu memberi pesan moral penting di setiap liriknya. Namun, penggalan lirik lagu “Jangan Terlalu Mudah Menyerah” memberi pesan moral mendalam bagi siapapun yang menghadapi masalah. (Tya)