Greysia Polii/Apriyani Rahayu sumbangkan medali emas Olimpiade Tokyo 2020. (@Athlete365)
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu sukses menyabet medali emas nomor ganda putri cabang bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020. Di final mereka mengalahkan pasangan unggulan asal China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, 21-19 dan 21-15, Senin (2/8).
Sukses Greysia dan Apriyani mencatat banyak rekor dan sejarah baru bagi dunia bulutangkis Indonesia. Berikut delapan fakta dari torehan medali emas Greysia Polii dan Apriyani yang dirangkum TrueID.
1. Medali emas pertama bagi ganda putri Indonesia sejak cabang bulutangkis dipertandingkan di Olimpiade sejak 1992.
----------
Video Rekomendasi: Medali Emas Pertama Indonesia dari Ganda Putri
----------
2. Catatan terbaik Indonesia sebelumnya di ganda putri hanya sampai di perempat final Olimpiade, yakni pada 1992, 1996, 2000 dan 2016.
3. Greysia dan Apriyani yang dipasangkan sejak 2017 menjadi pasangan non unggulan pertama yang meraih medali emas di Olimpiade.
4. Torehan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meneruskan tradisi medali emas Olimpiade bulutangkis untuk Indonesia sejak keberhasilan Susi Susanti dan Alan Budikusuma meraihnya di Barcelona, kecuali kegagalan di Olimpiade London 2012.
5. Bagi Greysia Polii, tampil di Olimpiade Tokyo 2020 merupakan yang ketiga. Sebelumnya, dia tampil berpasangan dengan Meiliana Jauhari di Olimpiade London 2012 dan dengan Nitya Krishinda Maheswari di Rio de Janeiro 2016.
6. Sukses di Tokyo menjadi bukti kebangkitan bagi Greysia di ajang empat tahunan pasca Olimpiade London. Pada 2012 lalu, dia dan Meiliana diganjar kartu hitam karena bermain tak serius demi menghindari lawan tangguh di pertandingan selanjutnya.
7. Greysia Polii mencatat sejarah manis di Tokyo dengan menjadi peraih emas bulutangkis tertua dengan usia 33 tahun 356 hari, melampaui rekor tunggal putri China, Zhang Ning yang meraihnya pada usia 33 tahun 89 hari pada Olimpiade Beijing 2008.
8. Raket milik Greysia dan Apriyani saat meraih medali emas tidak dibawa kembali ke Indonesia. Mereka menyumbangkannya ke IOC (Komite Olimpiade Internasional) untuk diabadikan di Museum Warisan IOC. (Tya)