Setelah sebulan penuh drama dan momen tak terlupakan, Piala AFF 2020 yang tertunda berakhir pada hari pertama 2022 dengan Thailand yang dinobatkan sebagai juara Asia Tenggara menyusul kemenangan dengan agregat 6-2 atas Indonesia di final. Meski kalah di final, Indonesia tampil di atas ekspektasi dengan skuad yang terbilang muda. Sementara itu Vietnam dan Singapur juga memiliki beberapa pemain yang menonjol. Berikut adalah Starting XI terbaik Piala AFF 2020 versi ESPN.
Kiper: Hassan Sunny (Singapura)
Meskipun dia menjadi pemain ketiga Singapura yang terkena kartu merah di semifinal melawan Indonesia, tapi tim berjulukan The Lions tersebut seharusnya kalah lebih banyak kalau bukan karena aksi heroic Hassan Sunny. Kiper veteran tersebut melakukan beberapa penyelamatan spektakuler. Tidak hanya itu, dia merupakan kiper yang melakukan penyelamatan terbanyak sepanjang turnamen dengan 20 penyelamatan.
Bek Kanan: Narubadin Weerawatnodom (Thailand)
Narubadin Weerawatnodom bersaing ketat dengan Asnawi Mangkualam di posisi ini. Akan tetapi pilihan jatuh kepada Narubadin usai mencatatkan tiga assist sepanjang turnamen. Sang pemain sebelumnya pernah menjuarai Piala AFF 2014, akan tetapi rentetan cedera menghalanginya ikut dua edisi berikutnya. Saat kembali, dia berhasil mempersembahkan gelar bagi negaranya.
Bek Tengah: Alfeandra Dewangga (Indonesia)
Meski namanya belum terkenal di luar Indonesia, Alfeandra Dewangga adalah salah satu alasan masa depan terlihat cerah bagi timnas Indonesia. Pemain berusia 20 tahun tersebut beberapa kali diturunkan sebagai gelandang, tetapi dia paling bersinar sebagai bek. Sepanjang turnamen, dia mencatatkan 33 clearance, menandakan kemampuannya untuk mendeteksi bahaya.
Kritsanda Kaman (Thailand)
Kritsada Kaman menjadi pemain kunci saat digempur Vietnam di semifinal. Kombinasinya bersama Manuel Bihr bikin frustasi lini depan Vietnam. Yang lebih hebatnya lagi, pemain berusia 22 tahun tersebut biasanya bermain sebagai gelandang bersama klubnya Chonburi. Dia juga seringkali membantu Thailand membangun serangan dari belakang dengan 374 operan sepanjang kompetisi.
Bek Kiri: Pratama Arhan (Indonesia)
Tidak ada yang menyangka bahwa bek kiri Indonesia, Pratama Arhan, yang baru berusia 20 tahun dapat melakukan gebrakan. Namun dia berhasil melakukannya dengan mencetak dua gol sepanjang kompetisi. Absennya di final leg pertama begitu terasa saat Indonesia kalah 4-0 atas Thailand. Seperti Dewangga, Arhan dikabarkan menarik perhatian sejumlah klub Korea Selatan.
Gelandang Tengah: Phitiwat Sukjitthammakul (Thailand)
Tampil di tim yang bermain ofensif, tugas pertahanan lini tengah jauh lebih berat dari biasanya. Namun Phitiwat membuat semuanya terlihat mudah. Dia menunjukan Ketenangan dan kemampuan yang sangat luar biasa sepanjang kompetisi. Bahkan pelatih Thailand Alexandre Polking memujinya sebagai pejuang lapangan tengah.
Gelandang Tengah: Nguyen Hoang Duc (Vietnam)
Vietnam memang gagal mempertahankan gelar yang mereka menangkan pada 2018, tapi penampilan Nguyen Hang Duc sangat mengesankan. Saat semua mata menuju ke playmaker Nguyen Quang Hai, justru Hoang Duc yang menjadi jendral lapangan tengah Vietnam dengan distribusi bola dan determinasinya.
Gelandang Serang: Chanathip Songkrasin (Thailand)
Setelah absen dari dua edisi Suzuki Cup, Chanathip kembali sebagai kapten. Chanathip memang tidak sendirian membawa kesuksesan Thailand. Akan tetapi, dia tampil gemilang saat dibutuhkan. Pemain berusia 28 tahun tersebut tampil mengesankan saat mengalahkan Vietnam 2-0 di semi final leg pertama dan Indonesia 4-0 di final leg pertama.
Sayap Kanan: Witan Sulaeman (Indonesia)
Satu lagi pemain muda Indonesia yang dapat menjadi sosok penting di masa depan timnas Indonesia. Witan Sulaeman memiliki kemampuan mengolah bola dan itu merupakan salah satu alasan dia bermain di Eropa bersama klub Polandia Lechia Gdansk. Kecepatan dan skillnya dapat menjadi mimpi buruk pertahanan lawan. Kombinasinya bersama dengan Egy Maulana di timnas juga sangat mematikan.
Sayap Kiri: Supachok Sarachat (Thailand)
Di atas kertas, Supachok Sarachat bermain sebagai sayap kanan atau sebagai penyerang. Akan tetapi pergerakan dan kepandaiannya dalam banyak hal berarti dia dapat memberikan ancaman dari berbagai sisi, itu alasan dia ditetapkan di sayap kiri. Supachok sudah menjadi pemain utama klub dan negaranya meski masih berusia 23 tahun. Kemampuannya untuk mencetak gol juga memastikan Thailand tidak terlalu mengandalkan satu sumber serangan.
Penyerang Tengah: Teerasil Dangda
Posisi penyerang tengah jatuh kepada Teerasil Dangda. Dia resmi menjadi pencetak gol terbanyak dalam sejarah kompetisi AFF dengan 19 gol. Seperti dengan Chanathip, pengalaman dan kemampuan Teerasil datang saat dibutuhkan, dua golnya melawan Myanmar dan Filipina berhasil bawa Thailand lolos dari fase grup.
Pelatih: Alexandre Polking
Mengingat sang Polking baru melatih di bulan September, dia layak mendapatkan pengakuan usai bawa Thailand kembali menjadi juara. Meski memiliki skuad yang penuh talenta, dia berhasil menunjukkan beberapa jenis taktik tergantung dengan lawan yang dihadapi ditambah dengan daya serang tim yang luar biasa. (Chad)