Sebuah keputusan mengejutkan diambil oleh manajemen AS Roma ketika secara resmi memilih sosok kontroversial, Jose Mourinho sebagai manajer baru mereka untuk musim 2021/22. Memang, track record Mourinho sangat luar biasa dan ia selalu berhasil mengangkat performa tim yang ia tukangi. Tak heran jika Roma bisa dikatakan berharap pada "magis" Mourinho.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, kejeniusan The Special One seolah mulai memudar. Setelah gagal memberikan trofi untuk Manchester United di musim keduanya lalu dipecat pada musim selanjutnya, hal yang sama juga dialaminya saat bersama Tottenham Hotspur, nihil trofi dan bahkan langsung ditendang ketika musim kedua baru setengah jalan.
AS Roma memang tengah mengalami kondisi yang sangat menurun, terlihat dari performa klub di Serie A dalam tiga musim terakhir. Jika biasanya, klub Ibukota ini hampir selalu finish di empat besar, bahkan pernah menjadi penantang Juventus dalam perburuan juara. Akan tetapi dalam tiga tahun terakhir Giallorossi seperti terdepak dari persaingan dan selalu mengakhiri liga dengan berada di luar zona Liga Champions. Dimulai dari musim 2018/19, Roma hanya finish di peringkat enam dan musim 2019/20 di peringkat kelima. Puncak merosotnya AS Roma tentu saja terjadi di musim lalu ketika tim berada di peringkat tujuh klasemen akhir, tertinggal jauh 29 poin dari sang juara Inter Milan dan 18 poin dari peringkat empat Juventus.
Manajemen Roma langsung mengganti Paulo Fonseca dan memilih Mourinho sebagai pengganti. Harapannya, pengalaman Mourinho, khususnya di Serie A ketika membawa Inter Scudetto bisa ditularkan kepada Roma. Tugas Mou memang tidak mudah, mengangkat tim yang sedang terpuruk dengan berbekal skuat yang jauh dari cukup untuk bersaing menjadi juara atau setidaknya untuk bisa bersaing di papan atas.
-----------
Video Rekomendasi: Bawakan Lagu Batak Wilde Ones Gemparkan Panggung
-----------
Namun Mourinho adalah sosok yang senang dengan tugas-tugas menantang seperti ini. Manajer yang pernah merasakan gelar juara Liga di Inggris, Italia, Portugal dan Spanyol ini tentu sudah punya formula khusus untuk kembali mengangkat Roma. Apalagi kali ini, Mourinho dibebani target tidak hanya mengangkat prestasi klub tapi juga menjaganya agar terus konsisten di papan atas.
"Klub ini tak menginginkan kesuksesan hari ini tapi bermasalah kemudian, melainkan proyek berkelanjutan untuk masa depan. Itulah alasan utama saya di sini,” ujar Mourinho saat konferensi pers perkenalan dirinya sebagai manajer AS Roma beberapa waktu yang lalu.
"Baik itu pemilik, direktur olahraga, mereka tahu lebih baik ketimbang saya berapa banyak tugas yang mesti dikerjakan, tetapi kami akan berusaha mengangkat trofi. Ini bukan soal masuk dan menang segera mungkin. Pemilik tak ingin kesuksesan yang terpisah, mereka ingin mencapai level itu dan bertahan di sana. Itu jauh lebih sulit untuk dicapai. Kami ingin berkelanjutan secara finansial dan kami berada di halaman yang sama," tutupnya
Demi memenuhi kebutuhan Mou, manajemen Roma tampak menuruti apapun yang diinginkan terkait transfer pemain. Setelah mendatangkan kiper Rui Patricio dari Wolverhampton Wanderers, dan striker Eldor Shomurodov dari Genoa, I Lupi juga baru saja meresmikan transfer striker Tammy Abraham dari Chelsea dengan nilai transfer 34 juta poundsterling atau sekitar 678 milliar. Kedatangan pemain-pemain berharga tidak murah ini seolah menggambarkan betapa AS Roma sangat ingin bangkit di musim ini dan manajemen yang memberikan dukungan penuh untuk eks pelatih Chelsea itu.
Berbekal manajer baru, plus para pemain anyar, akankah Roma bisa kembali ke habitat mereka di papan atas Serie A? Jawabannya tentu saja sangat bisa. Jika melihat beberapa hal seperti hasil pramusim, aktifitas transfer pemain yang cukup baik, pulihnya pemain dari cedera, dan tentu saja kejeniusan Mourinho, bukan tidak mungkin musim ini Serigala Ibu Kota akan kembali menjadi tim yang harus diwaspadai oleh para lawan mereka di Serie A.
Tantangan untuk Roma ironisnya datang dari Mourinho pula. Mou bisa membuat suasana tim tiba-tiba menjadi tidak kondusif yang berujung dirinya kehilangan dukungan di ruang ganti. Beberapa kali hal ini terjadi, seperti saat ia memimpin Chelsea, Manchester United, dan Tottenham Hotspur yang akhirnya berujung pemecatan dirinya. Musuh Mourinho memang dirinya sendiri dan khusus kali ini bersama Roma, Ia tentu diharapkan akan bisa mengontrol dirinya dan bisa memimpin klub lebih baik agar bisa kembali ke papan atas dan menjaganya tetap konsisten berada di sana. (Ridho)
Prediksi Peringkat Akhir: Peringkat Empat
Tonton penampilan gokil Tammy Abraham saat melawan Arsenal